Sunday, October 3, 2010

[PUISI] Metafora Pagi

seperti apa pagi?

dingin.
seperti lantai terasmu malam ini.

bagaimana rasa sepi?

pahit.
seperti seduhan bubuk kopi.


secangkir kopi untuk sepi,
selamat datang, pagi!

Friday, July 23, 2010

[PUISI] Rekam, Bayang, Kamu


seperti matahari, terbit pelan-pelan, rasa itu terang-benderang di hatiku.
dan entah sejak kapan aku mulai menyalin raut wajahmu, garis senyummu, lekuk alismu ke dalam ingatan, dengan senyuman.
kamu, bayang yang aku ulang sebelum tidur di setiap malam, mungkin kau tak tahu...kalau pertemuan kita dahulu kugunakan untuk merekam semua itu. setiap detail wajahmu.

terima kasih.

[PUISI] Terusap Angin

entah sejak kapan aku cengeng seperti ini
yang aku tahu pipiku basah begitu saja
air mata itu mengendap, menyelinap
keluar diam-diam dalam satu kedipan

padahal mulutku tak henti berkata
"Semua baik-baik saja"
 meski nyata di depan mata
berkata sebaliknya.

dalam kesenyapan yang dingin
akhirnya aku terlelap dipeluk malam,
bersama air mata
yang kering terusap angin.

[PUISI] Cintamu Habis Tandas di Keranjang Sampah

secercah asa berbalutkan selimut dusta
dituliskan di secarik kertas :
Cinta.

Lalu kulemparkan keluar
biar kucing rakus itu memakannya

lihat itu, sayang?

cintamu habis tandas di keranjang sampah.

[PUISI] Satelit

Seperti bulan yang setia mengelilingi bumi,
atau Charon yang tak kenal lelah beredar di sekeliling Pluto

kamu selalu ada dalam semestaku, sayang...
berotasi dalam orbitmu, menjadi petunjuk bagiku.

dan kemudian itu
tahukah kamu?

[PUISI] Pengantar Rasa

ini aku tuliskan,
sebuah pengantar rasa

sarat akan harap, kau akan membacanya
sehingga nanti, ketika kau bertemu denganku,
aku tak perlu menjawab, pertanyaanmu.

cinta, seandainya saja bisa kau terima
tanpa harus menyudutkanku
seperti seorang terdakwa

kau anggap aku seorang kriminal
menuntut aku atas perasaanku
menyalahkanku atas hatiku

kau yang mencuri, sayang!
kau bawa hatiku, tanpa izin.

kau yang membunuh, sayang!
kau hancurkan hatiku, tanpa iba.

tak cukup nyali punyaku menghadapimu
maka aku, tuliskan ini.

aku mencintaimu.

hanya itu.
tak berharap balasan yang sama.
juga tak meminta apa-apa.

[PUISI] Awan-Awan yang Tersesat

Langit terang, matahari terik
tiba-tiba berganti mendung menyejukkan

ah ternyata hanya ulah awan-awan yang tersesat,
berarak, terbawa angin

awan-awan yang tersesat,
kepadamulah aku bercerita,
soal lelaki muda, pencuri hatiku.

"Wahai awan yang tersesat,
pergilah ke sana, ke tempat cintaku berujung.
Sampaikan padanya, lelaki pencinta...
walau tak ada penyatuan, tak ada eksekusi, bagi masing-masing hati,
aku masih di sini. Berharap."

Awan-awan yang tersesat,
berarak pergi, menuju tempat singgah berikutnya.

Awan-awan tersesat tak benci angin,
sekalipun tak menemukan jalan pulang,
angin telah membawamu padaku, mungkin juga padanya

Awan-awan yang tersesat,
bisakah kau panggilkan hujan ketika kau bertemu dengannya
suruh dia datang bersama pelangi
biar luruh sedihku. biar reda tangisku.

[PUISI] Satu

Aku,

benci harus merana karena satu kata, cinta.
kesal harus tak berdaya karena satu manusia, dia.

yang ada hanya satu,
aku.
ditambah satu,
dia.
menjelma satu,
cinta.

[PUISI] Untuk Mama

Ma, percayalah...
aku punya berjuta bintang harapan untukmu
yang akan kuberikan demi satu senyummu.

Ma, bersabarlah...
aku punya seladang bunga cinta untukmu
tapi bunga tak tumbuh dalam sehari...

aku minta doamu, kasihmu, waktumu
untuk menunggu

akan kutunjukkan, pasti.

[PUISI] Ksatria Tak Percaya Kata

Ksatria tak percaya kata
setiap kata adalah dusta
katanya...

Saat merah saga menyemburat di angkasa
Ksatria melawan kata

Jika kata adalah dusta,
lalu bagaimana dunia?

Bagaimana nasib pujangga?

Ksatria mencari makna
Tanpa kata,dapatkah ia?

[PUISI] Sewindu Rasa yang Lalu

sewindu rasa yang masih sama
perih hati dalam sejumput rindu
ketika tahu singgasana hatimu tlah bertuan

dalam pengap rasa aku
menunggumu
berharap lelah menghentikanku
menunggumu

untuk sewindu rasa yang masih di sini
berselisih dengan waktu

diantara hela nafas
aku ikhlaskan rasa ini untuk pergi
bersama derai hujan
membawa kisah-kisah hati

lihatlah,
langit itu ikut menangis bersamaku

[PUISI] Kau dan Hitam

hitam itu memukau
berkata kau pada wajah penuh tanda tanya

mengapa harus hitam?
padahal masih ada pelangi

kamu dan hitam
dua hal yang memukau

ksatria hitam
aku menemukanmu di sini...

[PUISI] Generasi Kita


Tak malukah kau anak muda?
Berteriak merdeka, tapi tak punya rasa
Lihatlah keluar...
Alih-alih merdeka, kita malah merana
Terlena harta, menutup mata
Kita terjajah, kawan...
Oleh kemiskinan dan kebodohan
Terbuai tahta, ambisi tiada tara
Padahal bencana melanda, korupsi merajalela
Masa depan cerah menanti kita
Generasi muda, generasi bangkit
Yakinkan pada jiwamu:
Indonesia maju di masa depan!
Indonesia bangkit, sekarang!
Kita punya angan
Walau tak sedikit rintangan
Kita punya semangat
Meski hidup semakin berat
Aku, generasi muda
Berbekal cita, mengejar asa
Bertekad satu, bangkit Indonesia!

[PUISI] Allah, aku tak perlu mencariMu bukan?

dengan jeda sebuah doa
aku memohon

tunjukkan aku cahaya
karena dalam kelam hati
aku buta…
dengan jeda sekejap senja
aku meminta
perdengarkan aku suara
karena dalam hampa jiwa
aku tuli…
dengan jeda seumur ketika
aku bertanya
untuk apa aku sibuk mencariNya?
kalau aku masih bisa bertanya
untuk apa aku repot mencariNya?
kalau aku masih bisa merasa
dimana DIA?
aku tahu, DIA ada
hanya berjarak sehela napas
dengan jeda sebuah doa, sekejap senja
dan seumur ketika
Pondok Cina, 11 Oktober 2008

[PUISI] Surau Hijau di Utara



surau hijau di utara
tempat doadoa memenuhi udara
lapuk oleh masa
menunggu para pencari surga
surau hijau di utara
saksi air mata mengiring doa
berhambur asa di sajadah tua
surau hijau tanpa nama
di utara

pondok cina, 6 oktober 08

[PUISI] Membeku, Merindu

demi gerimis
yang masih sudi singgah di bumi

pergilah...
bawa belati perakmu
bunuh aku

bergegaslah sebelum gerimis berhenti

aku...
tak mau mati kalau tak gerimis

sampai ketika gerimis berhenti
dan kau tak juga membunuhku
mungkin,
aku terlanjur mati
membawa kecewa, putus asa
pun duka dan air mata

di akhir gerimis
aku mati...membeku
merindu

[PUISI] Kado Tanpa Pita Pink

Karena aku adalah manusia
dan rasa bisa tumbuh di mana saja
seenaknya

janji akan persahabatan tak bisa kuberikan
lakilaki dan perempuan, serta persahabatan
bagiku, harus aku bilang
: maaf
tidak untukmu

hatiku rapuh bak tulang keropos
mataku terlalu rabun untuk dipaksa melihat batas itu
batas persahabatan

haruskah aku menutup mata ketika di depanmu?
membunuh hati ketika kau sapa aku?

ketika batas itu mulai kabur,
itulah saatnya aku melepas rasa

akan kubuang pita asa
yg terjalin pada kado persahabatan kita

kado tanpa pita pink
bukankah tetap bermakna?

[PUISI] Debu

debu...debu...aku ingin jadi debu
terbang di langit biru
bersama angin menjadi satu

biarkan aku jadi debu
kalau memang harus begitu

buntu...buntu...pikiranku buntu
jalan lain aku tak tahu
yang ada hanya sekumpulan ragu

biarlah aku jadi debu
agar bisa datang ke tempatmu

batu...batu...hatimu keras membatu
ubah hatimu aku tak mampu
yang kubisa menangis pilu

[PUISI] Menutup Hati -Jeda-

beritahu aku bagaimana menutup hati
agar rasa tak sembarang masuk setiap saat
layaknya tamu tak diundang

entah apakah tak pernah tahu etika
atau tak mau tahu

aku mencari jeda
di antara gelap yang menyelinap
dikejar waktu yang terus memburu
seakan aku tak pantas bernapas

bagaimanapun aku tetap manusia
yang punya paru-paru untuk bernapas
alveolusku merindukan oksigen!

seperti itulah ketika rasa tanpa permisi
menelusup sempurna layaknya pencuri

selalu begitu, diburu waktu
terseok-seok di tanah berbatu

begitu takut waktu menerkamku
lalu kau menghilang dalam satu kedipan

aku perlu jeda itu untuk mengumpulkan napas
menutup hati sementara, menyiapkan diri
demi satu rasa yang akan kembali

beritahu aku caranya...
menutup hati agar bertemu jeda
dalam labirin hati berliku, juga dikejar waktu

[PUISI] Pantas Saja Dia Tak Jua Terima Pesanku

I
bagaimana bisa aku sampai di sana
kalau tiba-tiba badai datang menghempasku
aku terjebak dalam pusaran perih

gelap
hitam

berputar, berputar
terus berputar

entah kapan berhentinya
kapan berhentinya?

kapan...?

padahal aku harus bertemu dengannya
demi seseorang yang menungguku

pikiranku melayang ke suatu masa

seorang gadis ucapkan satu permintaan padaku
"Bisakah kau sampaikan rasa ini padanya?"
"Tentu saja bisa." jawabku dengan penuh percaya diri

aku akan menyusuri pelangi untuk pergi ke sana
dan datang padanya sampaikan rasa

tak pernah terpikirkan olehku
kalau aku tak kan bisa purnakan tugasku

dan di sini lah aku
pelangi sudah terlanjur hilang
tak akan ada pelangi,
dan aku tak kan bisa pergi ke sana

haruskah rasa itu berhenti di sini
ikut mati bersamaku dan tak kan pernah tersampaikan?

setidaknya biarkan rasa ini bertahan
kalaupun memang tak tersampaikan
biarkan rasa ini tetap hidup, kembali pada pemiliknya
jangan biarkan dia bodoh hanya karena menungguku

berputar, berputar
semakin keras berputar

wahai badai
jangan hancurkan hatinya

aku berbisik,
berharap gadis itu mendengar
maafku yang sia-sia


II
ada apa denganmu?
apakah lengkung pelangi terlalu panjang untuk disusuri
sampai pesanku tak jua diterimanya

kemanakah gerangan?

tak tahukah kau
aku begitu gelisah menunggu

apakah dia sudah menerimanya?
bagaimana reaksinya?
aku begitu ingin tahu

tak ada kabar darimu
tapi aku masih ingin percaya, kau akan kembali
dengan sekeranjang kabar baik di tanganmu

aku bodoh atau memang sabar karena mencintainya?

sampai akhirnya aku tahu
mengapa dia tak jua membaca pesanku
karena memang kau tak pernah sampaikan padanya

ya,
kemarin akhirnya kau datang...

tapi kenapa datang bersama badai?
bukan dia...?

itu pun hanya sebuah bisikan
aku mengenalinya,

itu kamu...
suaramu masih sama
ketika kaukatakan "Tentu saja bisa." dengan begitu yakin

dimana kamu?
kemanakan rasa yang kutitipkan padamu?

harusnya kau tak sombong waktu itu
nyatanya kau gagal dalam tugasmu

tahukah kau rasa itu berhasil kembali padaku?

tapi sayangnya...
aku harus ikut mati bersamanya

sama denganmu
aku terhempas badai
dengan rasa di dekapanku

tapi aku lega...
tahu kalau ternyata rasaku terhalang badai
bahkan sebelum sampai bertemu pelangi
bukan karena kau membawa kabur rasaku

tahu bahwa bukan dia yang tak mau membaca pesanku
bukan dia yang tak menghiraukan rasaku

[PUISI] Sampai Ketemu di Shinkansen

"sampai ketemu di Shinkansen kapan-kapan..."
itu sebaris kalimat dari pesan singkatmu siang tadi
sederhana, tapi membuatku tergerak...

bahwa ada seseorang di sana
menyemangatiku dengan caranya sendiri

sahabat yang kusayangi,
dengan caraku sendiri

terima kasih untuk meluangkan waktumu,
sekedar mengirimkan sebuah pesan padaku

pernah kubilang,
suatu saat nanti akan kutunjukkan
aku tersenyum di sini, karena kamu
karena aku tak suka,
kau melihat pedihku

anggaplah sebuah tawaran
untuk melihat masa depan

walau di langit yang berbeda
kita punya tujuan yang sama
kita masih satu dunia

walau kita tak harus bersama
tidak bergandengan tangan,
atau jalan berdampingan

karena mungkin...
bahagiamu bukan denganku

hey, aku melihat bahagia padanya...

[PUISI] Insomnia

ingin aku hidup dalam mimpi
yang kurajut semalam tadi

mimpi...
yang kudapatkan setelah susah payah terlelap

rupanya aku lupa cara memejamkan mata
dan melupakan semua
mataku masih rindu melihat nyata,
melihat malam digoda kunang-kunang

argh...
untuk tertidur saja aku perlu ribuan detik
juga puluhan kali ucapkan doa
pantas aku langsung terjerat insomnia

perlu pengorbanan untuk mendapatkan satu mimpi

ya, insomnia membuatku mengerti...

[PUISI] Mengapa Aku Membenci Mengapa?

karena aku benci ketika orang bertanya mengapa
dengan wajah bodoh dan kepura-puraan

makanya, aku rasa

lebih baik menyimpan tangisku

karena
saat aku menangis
aku tak butuh mengapa

karena
saat aku terluka
aku tak bisa melihat ketulusan

[PUISI] Nyata

perih tercipta untuk bercerita
tentang dunia dalam lipatan waktu

akan jiwa yang lelah
karena asa cuma fatamorgana

lama sudah aku menyadarinya
tapi tetap tak mampu
sadar dari buaian rindu bergejolak

aku yang berkeras menjadi maya
berbalik hati,
ingin menjadi nyata, dianggap ada

[PUISI] Mantra

Hey,
berikan aku mantra itu
serta semilir harum peppermint
yang meninabobokan aku

yang menyihirku dengan hening
menghipnotisku dengan damai
dalam tidur yang melelapkan

serentetan kalimat sakti
yang berbisik di telinga
tak lagi terdengar
aromaterapi tak lagi tercium

ada langit terbentang di sana
busur pelangi melengkung di ujungnya
padang hijau menghampar
gemericik air yang berirama

berat kubuka kelopak mataku
begitu mantra itu tak lagi bekerja

aku terjaga
dari dunia indah yang kau ciptakan
dengan sebuah mantra

[PUISI] Berhenti Berpuisi

Berhenti berpuisi
Sejenak untuk menghela napas
Menghindar dari serbuan kalimat puitis

Bukan lelah,
Apalagi bosan
Bagaimana bisa aku bosan pada dunia
yang buatku jatuh cinta setengah mati

Percikan ragumu yang buatku
berhenti
kau bilang aku tak pantas berpuisi

aku yang selalu tak punya muka
akan semua kata-kata itu
kini mematung,

semua orang bisa berpuisi*
sebuah jargon yang aku yakini

ketika aku di persimpangan
aku pilih kau dari puisi
dua hal yang indah

aku cinta kau dan puisi
tak ada ragu untuk itu!

[PUISI] Berlari

berlari
      jatuh
berjalan
      tersandung

tapi aku tak pernah
berhenti
      berjalan
      dan berlari

walau harus penuh luka
karena bagiku
       jera tak pernah ada

[PUISI] Hitam-Putih

aku berpaling hati
dari hitam yang membutakan
pada putih yang menentramkan

aku tak tahu
yang kurasa
hanya kecewa berbalut duka
luka menganga di pojok jiwa

telanjur luka
apa mau dikata
mengelak juga tak berguna

karena sudah terjadi
biar aku teruskan

yang orang bilang biasa

romantika remaja,
katanya...

[PUISI] Jejak Rasa

aku tinggalkan jejak rasa
biar nanti kau bisa menemukannya

entah kapan
tapi tidak saat ini

mungkin bukan pesan dalam botol
yang harus kuarungkan ke laut

aku terlalu cemas
kau tak akan menemukannya

selembar kertas dan sebuah pena
adalah jejak yang kutinggalkan

itu akan membuat kau mengerti

betapa kertas menjadi saksi perasaan yang aku tulis untukmu
betapa pena menuntunku berbicara lewat keindahan bahasa

kertas tanpa kata-kata
hanya ditemani pena usang

aku yakin
kau cukup mengerti tentang itu

[PUISI] Bukan Puisi

aku sang pemuja kata
tiba-tiba diam seribu bahasa
di depanmu

napas yang kuhela
awal dari semua
diiringi sebait doa
aku mencoba

ya,
kenyataan bahwa aku bukan pujangga
buatku kelu ucapkan rangkaian kata

padahal kau menunggu
harus kuacungkan jempolku
kesabaranmu

kau mati-matian membunuh bosan
sedangkan aku
hampir mati menahan rasa

mengatur jantung yang berdegup tak beraturan
itu susah tahu!

jari telunjukmu terus mengetuk-ngetuk
seirama dengan detik yang berlalu

walau kau tak jua merasa
aku telah berkata

Tuh kan,
kau langsung pergi
dengan langkah panjangmu

tak menghiraukan aku
yang terdiam kaku

kau marah padaku?
karena telah membuang waktumu sia-sia

kau lupa janjimu
untuk tetap bersamaku
sekalipun kau mati rasa terhadapku

[PUISI] Ksatria Sederhana

Ksatria berdiri di ujung senja
Tanpa kuda, serta kereta kencana

Rentangkan kedua tangannya
Harap menjangkau cakrawala
Rona merah di angkasa
Semburat cahaya membuat pesona

Ksatria di balik jiwa perkasa
Ucapkan janji pada semesta
Takkan ulang salah yang sama

Buktikan pada dunia
Menjadi kaya
Bukan hanya dengan harta

Ksatria bukan raja
Alih-alih berkuasa
Malah ciptakan derita

Cukuplah menjadi ksatria
yang sederhana dan bersahaja

[PUISI] Mimpi

aku tidur
demi mengulang mimpi

aku bertemu
mimpi yang sama,
cerita yang sama,
dan akhir yang sama,
dengan tokoh yang beda

apa maksudnya?

aku tak tahu
mimpi buruk atau
indah?

ataukah
mimpi indah dengan akhir yang tak begitu indah

bunga tidur
hendaknya menjadi indah
lalu, kenapa ada mimpi buruk?

mimpi
tak bisa kita pilih

bolehkah aku bertanya
siapa yang menentukan mimpi?

Tidak!
Aku lupa membaca doa

[PUISI] Retoris

hidupku tak puas
hanya dengan satu tanya

makanya
jangan membenciku
karena ribuan pertanyaanku

sayangnya
semua pertanyaanku memang
sekedar retoris

tak ada yang mencoba menjawab
apalagi menjawabnya

retoris
bukan tak perlu jawaban
itu hanya sebuah anggapan

kalau kau sadar
pertanyaan retoris
bahkan bisa lebih penting
dari kalimat - kalimat persuasif
yang sering kau bualkan

aku mual!

[PUISI] Hilang

semua hilang
mula dari samar
perlahan benar-benar abstrak

kenapa aku tak bisa
lupa
untuk hal yang tak pernah ada

aku masih bisa
menerima
kalau memang itu pernah ada

sebenarnya
aku tak rela
kalau dengan satu kata
genggaman itu terlepas

lebih tak rela
karena kenyataannya
aku tak pernah
menggenggamnya

[PUISI] Indah

bilang padaku
ada indah di sana
yang tak terlihat oleh mataku

berhenti di sini
melepas penat
tak sanggup bila teruskan

tunjukkan padaku
dunia kita
yang belum kulihat

pernah kuintip
tapi kau melarang

"nanti saja"
kata kau waktu itu

ketika aku mulai bosan
juga lelah berjalan
aku hanya minta tunjukkan
atau ceritakan saja padaku
cukup bagiku

bagaimana di sana
agar aku tenang
tahu
memang ada cahaya di sana
simbol indah bagi kita
menunggu aku
kita

aku kagum pada hitam, tanpa melupakan putih
aku suka pada hujan, tanpa menyepelekan matahari
aku cinta akan gelap, tanpa membenci cahaya

[PUISI] Kutunggu

otakku jenuh, jiwaku lelah
untuk bertahan, tetap bernapas
tanpa mengeluh

demi satu hari bahagia

detik, menit, jam
pagi, siang, malam

menunggu
kutunggu

sebentar lagi

berusahalah
menuju mimpi!

[PUISI] Topeng Kaca

aku ingin sebuah topeng kaca
bukan untuk menipu
juga bukan lari dari dunia

hanya sesaat
aku ingin bermain-main

bisa tersenyum, tertawa, menangis
dalam satu waktu
atau satu kedipan, jika tak berlebihan

senangkan orang
bukan ingin dianggap mulia
hanya selayang mimpi
akan bahagia tanpa jeda

[PUISI] Mendengar

kau nyanyikan serenade di tiap pagiku
suaramu mengalun pelan
hampir tak terdengar

tak yakin
suaramu terdengar samar
takut tertukar oleh kicauan burung
aku mencoba diam

kau perdengarkan nokturno di tiap malamku
kepadaku, hanya kepadaku
lagi-lagi
tak jelas, terlalu berisik di luar sana
terkalahkan oleh desir angin menembus dedaunan
suaramu terlalu lembut untuk terdengar
atau kau memang tak mau
seorang pun mendengar...?

jangan gunakan serenade untuk katakan rasa
jangan pula berikan nokturno segala rupa
untuk sampaikan pesan
aku terlalu sibuk untuk mendengarnya

tak punya waktu

datanglah langsung padaku
akan kulihat agendaku
kupersiapkan waktu untukmu

uhm, mungkin...

[PUISI] Sejak Kapan?

sejak kapan ya aku jatuh cinta pada kata-kata...?
sejak kapan aku jadi begitu tergantung pada kata-kata...?

aku ingat!

sejak kau ajak aku bermain kata
untuk pertama kali

[PUISI] Balada Kupu-Kupu

Seekor kupu-kupu bertanya pada ilalang
:apa makna hidup bagimu?
ilalang menjawab dengan lugu
hidup bagiku adalah
tetap kokoh di atas keringnya tanah
walau kaki serakah terus menginjakkukupu-kupu kembali bertanya
lalu: apakah cinta menurutmu?
ilalang menjawab seraya tersipu
cinta bagiku adalah
tetap hidup di antara jutaan mawar
walau indahnya diri tak terlihat
sampai kau berkata padaku:
aku cinta padamu

[PUISI] Kembalikan!

kemana semua kata-kata yang kuberikan?
aku tak melihat itu
di matamu
di hatimu

hmm...semudah itukah?
kau lenyapkan pemberian dariku
tanpa sisa

bagaimana bisa?

pedih itu lebih terasa
dibanding saat kau bawa asaku pergi

kini kata-kataku lenyap
bersama asa itu

aku tak punya apa-apa
kembalilah

lalu,
kembalikan semua milikku
dan kau boleh pergi
sesukamu

[PUISI] Surat Cinta untuk Hujan

pernahkah kuceritakan padamu, aku begitu mencintai hujan?
ya, tentu saja setelah malam dan hitam, ada hujan di urutan ketiga

aroma tanah itu, sehabis hujan, entah kenapa begitu menyenangkan
juga menenangkan,
mengingatkanku betapa berkah itu begitu tercurah dariNya?
aku suka menghirupnya dalam-dalam
seperti menyesap secangkir coklat panas

menikmati udara yang masuk melalui hidungku
tapi, satu rahasia
aku tak pernah berani pada tiap tetesannya
terlalu takut untuk sakit atau terluka
kalau-kalau hujan berhenti

makanya aku lebih memilih di sini
menikmati hujan dengan senyuman
dan rasa aman, tanpa perlu merasa ketakutan

untuk hujan yang selalu memberikan imaji indah padaku
untuk aroma yang membuaiku dengan kesegaran
untuk dingin yang menyelimuti hari saat hujan
untuk mendung yang senatiasa menggelayut di sana

ah
aku suka!

[PUISI] Terlambar

telat sudah aku di sini

pagi telah kembali
padahal aku baru berjumpa
melukis sketsa dengan bintangku
dengan malamku

walau hanya dalam kata kita sampaikan makna
walau hanya lewat pelangi kita kirimkan pesan

aku memilih terus begini
walau terkesan klise

kau benar tentang pagi
sama seperti hujan
pagi bisa berubah menyebalkan

karena menghapus sketsaku
juga mengaburkan jejakmu
hingga aku tak melihatmu

untuk satu kesempatan itu
aku memintamu

kembali
ucapkan satu kalimat sakti itu

bukan untuk menyulam harapan
tapi buat jadi nyata

mau kan?

[PUISI] Maya

ini bukan kisah kita
yang tersenyum jika merana
yang tertawa karena satu rasa

semua yang ku bilang hanya asa
yang berpendar berharap nyata
itu, jika kau percaya
karena aku tetap maya!

[PUISI] Sepaket Cinta

suatu saat
akan kukirimkan sekardus kata-kata padamu
melalui titipan kilat angin senja

apakah kurang?

oh, ok...
akan kutambahkan seplastik rasa
dengan jalinan pita asa

tunggu saja,
sampai pelangi tiba

tenanglah...kirimanku pasti datang
suatu saat nanti...

[PUISI] Izinkan Aku Berimajinasi

khayal yang paling jauh
adalah sebuah imaji hati

bukan sebuah kebodohan
kalau kau coba berkhayal

hanya dengan berimajinasi
kau bisa temukan aku

bukankah aku sudah bilang padamu?
aku : maya

[PUISI] Tak Ada Kata untuk Sang Penguasa Kata

kalau kau tanya aku kenapa
jangan tanyakan padaku

percuma
tak ada jawab untukmu, dear...

bukan karena aku berubah bisu
hanya saja
kuperintahkan mulut ini untuk diam!

dari sekian banyak tanda baca yang kutahu
jutaan kata dalam beribu rangkaian kalimat
kuberikan ini padamu :

...
...
...

titik-titik itu yang akan menjawabnya
kau mengerti?

[PUISI] Coklat

sepotong coklat untukku
bukan mawar merah dalam rangkaian

aku tak tahu, kalau sepotong coklat dapat membahayakan diriku
aku tak pernah tahu, kalau sepotong coklat mengandung candu

tidak...
lagi-lagi sebuah jerat
dengan rasa dan aroma

di sini
lagi-lagi
jiwaku dibius kokoamu 

[PUISI] Mr. Coffee

Aghhh!

apa yang kau campurkan pada kopiku waktu itu?

bukan kafein yang meracuniku
tapi sosok indah dalam bayang samar

bodoh!
harusnya kubuang saja kopi itu

kini kau tertawa bukan?

terima kasih kawan...

[PUISI] Ketika Aku Menjadi Maya

aku : maya

sadarkah kau selama ini aku tak ada?
sosokku hanyalah sebias angan
yang lancang kau pandang

sadarlah..tanganmu tak sekalipun dapat meraihku

bukalah matamu
atau kau hanya pura-pura tak tahu

aku di sini menipumu
kau
yang tak jua merasa tertipu

[PUISI] Malamku

aku tak tahu
malam hari ini begitu pendiam
sedangkan aku tak begitu pintar berkata

seulas senyum khasnya buatku kikuk
sebaris kata-katanya mengalun serak

biarlah sejenak aku menghilang
tuk berpikir dalam diam
meredam rasa, merenda asa

akan kurindu saat ini
menapaki malam layaknya petualang

[PUISI] Debu Bintang

Jiwa itu terbang
ketika kau tiupkan debu bintang di hadapanku
kerlip itu hinggap di pojok suci dalam hati

Ah, itu bukan debu bintang
kerlip itu tidaklah nyata
hanya indah saat pertama
lalu terurai oleh perih

selayaknya debu
kerlip itu bertaburan
selayaknya bintang
kerlip itu bercahaya

kerlip itu tak hanya satu
ternyata…

jutaan kerlip terkumpul di sana
dalam debu bintang
tiap kali kau tiupkan dengan lembut

kerlip itu asa yang kau berikan padaku waktu itu

ada
lalu hilang

[PUISI] Polaris

polaris...bintang terang di utara

pantas saja, tiap kali aku tersesat,
aku selalu melihatmu di langit yang sama
karena kau...polaris!

wahai polaris di ujung langit
tunggu aku di utara
aku tahu kau di sana

wahai bintang utara...
kau akan tetap setia di sana?

[PUISI] Kamu, Lagi

mengusir hadirmu seperti menghitung satu demi satu butiran pasir di tengah gurun

menghapus bayangmu seperti menunggu pelangi di tengah kemarau

susah, melelahkan, juga menyakitkan...

tapi kamu datang...lalu pergi...
lalu datang lagi...

pergi, dan datang lagi...
selalu seenaknya...

Hey! aku lah si pemilik hati...
bukan jalan setapak yang seenaknya kau lewati tanpa permisi
bukan rumah tak bertuan yang semaunya kau masuki tanpa salam dan ketuk pintu

pintu hati ini memang tak kan pernah bisa tertutup rapat
tapi tidak seharusnya kamu perlakukan hatiku seperti itu

aku lah si pemilik hati

aku
:
:
hanya diriku

[PUISI] A.S.A

ASA cuma sebatas angan
Berkeliaran dalam rumitnya otak manusia
Sesak terjepit di antara kepenatan
Lelah terdesak oleh keraguan

ASA yang kupunya bagaikan debu
Dalam hembusan angin kemarau
Tersebar di antara barang-barang tak berguna
Tak terlihat, walau ada…

Tak perlu diraih
ASA sekedar angan
Tak perlu dicari
ASA hanyalah debu

[PUISI] Aku

Aku bukannya pesimis
Walau aku tak mampu realistis

Aku ingin optimis
Walau dunia kian hari kian miris

Aku tak kan menangis
Walau hati pedih teriris

Aku juga tak mau menjadi sinis
Walau cinta tak lagi manis

Aku bukan sok puitis
Hanya mencoba menjadi romantis

[PUISI] Ksatria Hitam

Hari makin malam
Matahari sudah lama tenggelam
Tapi mata belum mau terpejam
Terpukau indahnya malam
Tetap indah walau suram

Sang bintang menatapku tajam
Bertanya mengapa wajahku muram
Tak menjawab, ku hanya diam

Di balik jendela buram
Seakan menanti datangnya ilham
Aku tersenyum masam

Langit kian kelam
Bulan mengangguk seakan paham
Isi hati yang paling dalam
“Bagaimana kabarmu KSATRIA HITAM?

[PUISI] Blackluvia

aku cinta

hitam

gelap dan

kelam

karena

hitam adalah hatimu

gelap adalah auramu

kelam adalah jiwamu


harus bagaimana lagi kujelaskan dirimu?

kalau dunia ini
terlalu hitam untuk meraba hatimu,
terlalu gelap untuk merasakan auramu,
terlalu kelam untuk merasuk ke jiwamu,

hitam>kejam>pahit
itulah kamu

[PUISI] Kala Pelangi Tak Kunjung Datang

hari ini hujan turun,
saat yang aku cinta kala kemarau tak jua selesai

tapi bukan hujan yang aku rindu,
ada lengkung sempurna di balik gumpalan mega
melukis langit penuh cinta, saat hujan berganti terang

hujan berhenti…

tapi langit kelabu enggan pergi
dan mentari segan menghampiri

aku menunggu di balik jendela
mencoba setia
untuk pelangi yang tak kunjung datang

[PUISI] Jika Kau adalah Bintang


jika kau adalah bintang
ku ingin menjadi peri malammu
temani dirimu arungi malam

kau dengarkan segala resahku
kau dengarkan segala gelisahku

sinarmu mungkin tak cukup terangi malam
karena sinarmu hanya kaupancarkan untukku

jangan lelah bersamaku
jangan lelah dengar keluhku

dengan sinarmu yang suram
tetaplah menunggu

hingga saatnya tiba
arungi malam bersamaku